Dimensi Perantara Salam itu masih terngiang-ngiang dalam otakku. Sampai-sampai aku lupa bahwa dia sudah bahagia dengan orang lain. Lupa bahwa mungkin salamnya hanya basa basi saja. Atau mungkin tidak adanya topik yang ia bahas dengan saudaraku sampai-sampai mengirimkan salam untukku. Entahlah. Tapi salam itu sampai saat ini masih saja berkeliling di otakku. Tidak bisa dipungkiri memang bahwa suasana hati sebaik apapun atau seburuk apapun jika kembali bertabrakan dengan hal yang berkaitan dengannya pertahananku akan hancur begitu saja. Mungkin itulah salah satu alasan aku tidak pernah lagi mau membahas sosoknya. Sampai pada akhirnya, oke. Ini sudah sangat mengganggu pikiranku dan aku pun hanya bisa halu dan menuliskannya. Hari itu, hari Minggu saat aku bersama sepupuku akan menghadiri sebuah hajatan nikahan teman. Saat itu, saudaraku sedang berada di depan rumah. Sambil menjatuhkan alas kakiku ke tanah dan meminta izin ke ibuku, tiba-tiba kata itu keluar dari mulut saudaraku. “Alea, dap...
Akan menulis tentang apapun :)