Halo, gais!
Pasti pernah bahkan mungkin seringkan mengalami yang dinamakan kegagalan? Jika belum, mungkin hidup sobat berada dalam kenyamanan atau mungkin istilah gagal tidak pernah ada dalam kamus hidup sobat. Oke, kali ini aku mau sedikit bercerita mengenai kegagalanku dalam sebuah perjalanan menjadi seorang yang bisa dikata dinamakan pemimpin. Langsung saja gais…
Menjelang semester tiga akhir di Universitas Diponegoro merupakan waktu perubahan atau penggantian struktur organisasi (biasa dikenal dengan re-organisasi). Waktu itu, aku berada di organisasi dan di dua organisasi tersebut menawarkanku untuk mengambil kursi kepemimpinan yang bisa dikata itu bukan aku. Walaupun kalo kita mau flashback ke zaman SMA dan juga SMP bukan persoalan aku menjadi seorang pemimpin. Namun, di masa perkuliahan, lingkungan dan juga kebiasaanku sangat jauh dari kata yang bisa menjadi yang orang-orang inginkan. Aku merasa aku bukan lagi aku yang dulu, yang bisa mengatur anggotaku dan juga bisa mengelola organisasiku.
Apalah kata, tiada kata lain selain aku akan tahu setelah aku mencoba. Dan benarlah, aku mencoba, belajar dan selalu meyakinkan diriku bahwa aku bisa dan mampu, pun orang-orang di sekitarku juga akan membantuku. Tetapi, dalam keberjalanannya entahlah aku seperti terbawa ombak, yang kemudian terdampar di sebuah pesisir yang bahkan tiada orang yang bisa aku mintai pertolongan. Aku merasa aku sendiri, aku ingin mengungkapkannya namun merasa harusnya orang lain paham akan hal itu. Nyatanya, aku katakan aku salah, aku yang memang seharusnya tidak mencoba, dan aku yang seharusnya tidak pernah mengambil apa yang sebenarnya orang lain bisa lakukan lebih daripada aku.
Pada suatu ketika, bertemulah aku dengan seorang yang mungkin bisa dikatakan penyelamatku. Datang membawa sebuah kabar dan bantuan yang mungkin itu sederhana, dan tidak berarti, namun bagiku itu lebih dari kata ‘sederhana’, karena itu luar biasa. Aku bisa bangkit dan menuntaskan semua yang pada awalnya aku tidak yakin aku bisa, dan walaupun hasil tidak begitu memuaskan, namun aku bersyukur aku bisa menyelesaikannnya.
Waktu berjalan, dan aku merasa trauma itu masih selalu menghantuiku sampai pada akhirnya aku mendapat tawaran kembali untuk membantu seorang kawan. Menjalankan bersama orgaanisasi yang sudah cukup besar namanya. Dengan banyak keraguan, namun kawanku ini meyakinkan untuk mari melangkah, akhirnya akupun mulai kembali langkah bersamanya. Sampai pada titik ini, aku merasakan hal yang jatuh bangun, yang terkadang semangat, redup dan bahkan menghilang. Namun, semua itu terlalui dengan kerjasama yang cukup hebat dari setiapnya. Jika suatu saat ada yang membaca tulisan ini, aku ucapkan terimakasih telah menyembuhkan traumaku, maaf belum bisa membersamai dengan sebaik-baiknya. Tapi percayalah ini jalan yang telah kita ambil dan marilah kita selesaikan bersama dengan sebaik-baik penyelesaian.
Terimakasih, gais telah menyempatkan membaca tulisan ini, semoga bermanfaat dan buat kamu yang juga sedang berada di fase ini, semangat ya. 😊 Percayalah Tuhan Maha Baik, tiada pernah memberi beban setiapnya melebihi kemampuan dari setiapnya itu sendiri. Melangkahlah selalu, walaupun langkah itu kecil dan tak bernilai karena itulah yang akan membuatmu sadar bahwa perjalanan tidak pernah ternilai dari hanya sekedar hasil. Namun, pengalaman dalam setiap perjalanannyalah yang membuat kita kuat dan tangguh dalam menyelesaikan apa yang akan ada di depan kita nantinya. Dan pastinya akan menjadi manusia yang tahan banting. Hehe..
#Undip #Diponegoro University #ExcellentUndip #UndipMaju #UndipJaya
Comments
Post a Comment